Senin, 04 Juni 2012

Share this history on :

Kepemimpinan merupakan hal yang sangat penting dalam keberhasilan tim. Tanpa ini, suatu tim akan tersesat. Kepemimpinan didefinisikan dalam banyak cara. Semua definisi tersebut mengandung satu unsur yang sama yaitu seorang pemimpin  adalah seorang yang menggunakan pengaruh yang lebih besar daripada anggota kelompok lainnya.
Gaya-gaya kepemimpinan yang berbeda dibicarakan disini. Analisa kritis penguasa yang otoriter melawan yang demokratis serta yang berorientasi pada orang melawan yang berorientasi pada tugas semua dibahasnya. Pelatih yang berhasil dapat menggunakan model-model kepemimpinan yang cocok dengan kepribadiannya sendiri yang sesuai dengan keadaan.
Kepelatihan saat ini bukanlah tugas yang mudah. Bahkan kepelatihan merupakan profesi yang penuh tantangan dan selalu berubah. Pelatih yang berhasil selalu bersedia menerima informasi-informasi baru, namun tetap dapat mengenali pendekatan tradisional yang paling sesuai.
Pelatih yang berhasil menguasai seni dan ilmu berkomunikasi dengan olahragawan dan asisten pelatihnya. Mereka mendapatkan kepercayaan dari olahragawannya melalui kemampuan mendengar aktif. Mereka dapat membina keseimbangan antara berorientasi pada tugas dan berorientasi pada olahragawan dan keseimbangan ini menjadikan mereka selalu menang.

A.    Teori Kepribadian
Menurut Richard H. Cox dalam Husdarta (2010:19)  ada tiga pendekatan teori utama dalam studi kepribadian yaitu teori Psiko-dinamik (Psichodinamic theory) , teori sifat (traits theory), dan teori belajar asosial (sosial learning theory).
Teori Psiko-dinamik. Teori ini sering disebut Psychoanalyse atau Freud Theory. Freud dalam teorinya menyebutkan bahwa tingkah laku manusia adalah interaksi antara tiga alat-alat dalam pribadi yaitu Id, Ego dan Superego.
Teori sifat (traits theory). Psikolog yang mengedepankan teori ini adalah Gordon W. Allport. Menurut Alport , sifat menunjukan pada predisposisi untuk membuat penyesuaian tingkah laku melalui cara-cara yang khas. Traits dipandang sebagai sesuatu yang stabil, lestari dan konsisten terhadap berbagai situasi yang berbeda.Teori ini akan memperlihatkan kebutuhan untuk mencapai sukses individu yang menunjukan predisposisi untuk menginternalisasi kesediaan berkompetisi, mempertahankan diri, dan berkembang dalam banyak situasi.
Teori belajar sosial ( social learning theory). Sumber teori belajar sosial dapat dirunut dari teori belajar yang diluncurkan Clark Hull,  (R.H.Cox, 1985) dalam Husdarta (2010:20) . Dua tema utama dari mekanisme teori belajar sosial dari Hull adalah individu belajar pemodelan (modeling) dan penguatan social.

  
B.     Pendekatan Kepribadian
Satiadarma (2000:34) mengatakan. Sejauh ini para psikologik memandang aspek kepribadian dari sejumlah sudut pandang yang secara garis besar terdiri atas 3(tiga) pendekatan, yaitu:
1.    Pendekatan “trait”
Penganut pandangan ini mengemukakan bahwa seorang juara sudah memiliki “trait” (yaitu meliputi aspek seperti kebutuhan untuk berprestasi, kecenderungan kecemasan dan keinginan untuk mendominasi) sebagai seorang juara, sehingga ia berupaya keras dalam latihan, memiliki kebutuhan untuk berprestasi tinggi, tidak mengenal menyerah dan sebagainya.
2.   Pendekatan situsional
Teori ini sesungguhnya dilandasi teori belajar instrumental. Jadi, perilaku seorang atlet akan berubah jika lingkungannya mengalami perubahan. Namun pada kenyataannya terutama pada atlet bintang (elite athletes) mereka tidak mudah berubah sekalipun diberikan perlakuan berbeda. Atau mereka dapat menentukan perubahan perilaku mereka tanpa banyak dipengaruhi oleh perubahan lingkungan.
3.      Pendekatan interaksional
Penganut pandangan interaksional beranggapan bahwa faktor pribadi individu yang bersangkutan dan faktor lingkungan berperan secara bersama-sama dalam menentukan tingkah laku atlet.

C.    Faktor – faktor yang mempengaruhi kepribadian
Faktor keturunan (heriditer). Faktor yang bersifat genetik ini hampir diyakini oleh berbagai kalangan memberikan pengaruh terhadap kepribadian. Anak-anak yang dilahirkan dari orang tua yang berkiprah dalam dunia seni, memiliki kemungkinan besar bakat olahraga atau seninya akan diturunkan kepada anaknya dan akan mengikuti kiprah orang tuanya sebagai olahragawan atau seniman.
Faktor fisik (organo-biologic). Faktor ini masih berkait dengan faktor keturunan, meliputi stuktur anantomis, fisiologi, fungsi otot dan perkembangannya yang kesemuanya dapat mempengaruhi pencapaian prestasi olahraga.
Faktor psiko-edukatif (psycho educative) berkaitan dengan kejiwaan manusia dalam perkembangan seseorang disebut proses pendidikan, baik wilayah pendidikan formal, informal maupun non formal. Selama proses pendidikan diharapkan terpenuhinya kebutuhan psikologis, sosiologis dan biologis.
Faktor sosio-kultural ( socio-cultural). Faktor ini  bersumber dari lingkungan sosial budaya setempat. Ada hubungan yang tidak dapat dipisahkan bahwa kepribadian dan prestasi atlet ditentukan oleh lingkungan sosial budaya.
Faktor spiritual (spiritual factor). Faktor yang berhubungan dengan sistem keyakinan hidup, keyakinan agama dan moral. Seorang atlet/siswa akan lebih jujur dan lebih sportif jika ia memiliki keyakinan diri yang kuat yang bersumber dari keyakinan hidup  dan agamanya.

D.    Sifat-Sifat Kepribadian Atlet
Setiap pelatih perlu memahami sifat-sifat kepribadian atlet yang dibinanya, agar dapat memberi perlakuan yang setepat-tepatnya, misalnya dalam memberi peringatan atau hukuman terhadap atlet yang disiplin tidak dapat disamakan dengan atlet yang tidak disiplin.
Sifat-sifat kepribadian bukanlah hal yang bersifat tetap, tetapi dapat berubah dan dapat mempengaruhi. Bruce C. Ogilvie dalam Setyobroto (2002:34) melaporkan hasil studinya terhadap perenang kelompok umur di California yang mengikuti program latihan mengadapi pertandingan. Hasil studi untuk meneliti perubahan sifat-sifat kepribadian perenang laki-laki dan perempuan umur 10-14  tahun dibandingkan atlet-atlet top umur 19 tahun menunjukan atlet-atlet top tersebut.
1.      Self – controlnya lebih baik, lebih dapat menguasai diri
2.      Menjadi lebih bersifat terbuka, mudah bergaul dan lebih dapat menyemarakkan suasana.
3.      Kemampuan menolak kecemasan (anxiety) lebih tinggi secara meyakinkan
4.      Lebih mampu untuk menjaga diri sendiri
5.      Tampak lebih gembira dan bahagia dalam menghadapi suatu keadaan
6.      Kurang mementingkan diri sendiri dan lebih stabil
Memahami sifat-sifat atlet sesuai dengan sifat-sifat kejiwaan yang perlu dimiliki atlet untuk dapat mencapai prestasi tinggi adalah sangat penting, karena dengan demikian akan memudahkan dalam mencari atlet-atlet berbakat untuk cabang-cabang olahraga tertentu.        
E.     Gaya  Kepemimpinan Pelatih
Menurut Pate dkk dalam bukunya yang diterjemahkan oleh Dwijowinoto, seseorang tidak perlu mengamati terlalu banyak pelatih untuk sampai pada kesadaran bahwa tedapat berbagai macam kepemimpinan yang berhasil. Sebagian pemimpin tampak dingin dan tak acuh, sedangkan yang lain hangat dan penuh perhatian. Sebagian mengakui hak otonom bawahannya , yang lain mengawasinya dengan ketat , daftar faktor-faktor tersebut banyak sekali namun untuk konteks sekarang ini , tekanan diberikan pada dua aspek jenis kepemimpinan yaitu :
1.      Gaya kepemimpinan yang otoriter versus demokratis
2.      Gaya yang berpusat pada manusia
Gaya kepemimpinan otoriter versus demokratis bertahun-tahun lamanya para peneliti berusaha menetukan kepemimpinan yang demokratis atau otonom secara khusus, pelatih otoriter :
1.      Menggunakan kekuasaan untuk mengendalikan orang lain.
2.      Memerintah yang lain dalam kelompok.
3.      Berusaha agar semuanya dikerjakan menurut keyakinan.
4.      Bersikap tidak mengorangkan orang.
5.      Menghukum anggota yang mengabaikan/menyimpang.
6.      Memutuskan pembagian pekerjaan.
7.      Menentukan bagaimana pekerjaan dilaksanakan.
8.      Memutuskan kebenaran ide.
Sebaliknya , pemimpin yang demokratis umumya:
1.      Bersikap ramah, bersahabat.
2.      Membiarkan kelompok sebagai keseluruhan membuat rencana.
3.      Mengijinkan anggota-anggota kelompok untuk berinteraksi dengan yang lain.
4.      Menerima saran-saran.
5.      Berbicara sedikit lebih banyak dari pada anggota kelompok.
Dalam mempelajari gaya kepemimpinan seseorang perlu menyadari bahwa pemimpin perlu harus berada di satu ujung atau ujung lain. Gaya kepemimpinan tertentu dapat saja digunakan pada tingkatan yang berbeda pada situasi berlainan. Banyak pelatih memperlihatkan kombinasi gaya tersebut dan ada keuntungan dan kerugian untuk masing-masing gaya terebut.
1.      Mereka dilihat perannya sebagai orang otoriter.
2.      Mereka orang yang memiliki keinginan yang besar untuk mengatur orang lain dan menjatuhkan pilihan pada orang lain untuk memenuhi kebutuhannya.
3.      Situasi kepemimpinan yang penuh tekanan yang timbul disebagian besar pengawasan pelatih atas para peserta.
4.      Olahragawan-olahragawan tertentu menghendaki sikap yang otoriter dari pelatihnya, sehingga pelatih bersikap sedemikian agar memebuhi harapan olahragawan tersebut. Dengan demikian dapatlah dipahami kalau kepemimpinan otoriter itu sangat umum di dunia olahraga.
Penelitian yang ada menunjukan bahwa gaya kepemimpinan otoriter itu menguntungkan dalam situasi tertentu. Penelitian ini menunjukan bahwa gaya ini mungkin lebih disukai bilamana kecepatan dan gerakan amat dibutuhkan. Demikian pula dengan kelompok besar yang terlibat dengan tugas-tugas rumit yang dirasa penting, gaya kepemimpinan otoriter mungkin amat mengutungkan . gaya ini juga  menjadikan waktu digunakan lebih efektif dan menjadikan olahragawan yang merasa was-was merasa lebih aman dan terlingdungi dalam situasi yang menekan
Namun ada beberapa kelemahan yang menyolok dalam gaya otoriter. Secara umum, diperlukan lebih banyak kerja , tetapi kualitas lebih kecil bila dibandingkan dengan hasil peimpin demokratis. Anggota tim cenderung menunjukan kekurangan biasaanya dan kekurang semangatnya bertempur.   
Pemimpin demokratis pun juga mempunyai alasan untuk memimpin dengan gaya mereka sukai. Mereka percaya bahwa :
1.      Setiap individu berfungsi sebagai mahluk sosial.
2.      Setiap individu berfungsi sebagai pribadi yang menyeluruh dan utuh, bukan sebagai rangkaian dari bagian-bagian.
3.      Setiap individu memiliki cita-cita, tujuan dan nilai-nilai yang membangkitkan tingkah laku.
4.      Gaya demokratis akan membantu menambah keliatan serta kepuasan anggota. Pelatih yang menggunakan gaya demokratis ciri khasnya ialah bahwa gayanya akan secara efisien memberikan kesempatan perkembangan pendidikan olahragawannya. Nilai terpenting diberikan pada kebebasan berfikir dan nilai olahraga yang menyertai. Secara tak langsung interaksi antar sesama dan komunikasi merupakan kunci keberhasilan dalam olahraga maupun dalam kehidupan nantinya.
Gaya demokratis juga memiliki kelemahan. Untuk jangka pendek , ini mungkin bukan cara terefektif untuk memanfaatkan waktu. Mungkin hal ini menjadi masalah bagi pelatih yang hanya mempunyai waktu dua minggu menyiapkan tim untuk pertandingan pertama. Bila dibandingkan dengan kepemimpinan yang otoriter, kepemimpinan demokratis bisa mengurangi sikap agresif, suatu sifat yang mungkin penting dalam sebagian olahraga. Akhirnya, gaya demokratis bisa kurang efisien bila keputusan mendadak harus dibuat dan diterima.
Sebagian ringkasan jelaslah ada keuntungan dan kerugian pada kedua gaya kepemimpinan tersebut. Sebagian besar pemimpin yang berhasil dalam olahraga kenyataanya tidak berada secara penuh dalam satu ujung atau pun ujung yang lainnya. Mereka menggunakan keuntungan  kedua gaya hal tersebut bila gaya tersebut yang terbaik untuk menyelesaikan tugas dan menambah semangat serta perkembangan tim. Ini berarti pelatih yang berhasil dapat meniru gaya kepemimpinan otoriter selama masa latihan dan masa pertandingan perebutan. Namun mereka dapat juga sangat demokratis dan manusiawi sebelum atau sesudah masa latihan terjadwal, pada masa liburan atau sebelum istirahat dalam masa latihan. Pelatih yang sukses menggunakan gaya kepemimpinan yang luwes yang memungkinkan memenuhi peran kepelatihan yang beragam.
Pelatih harus ingat bahwa tanggung jawab utamanya adalah memotivasi tiap olahragawan untuk mencapai potensi tertingginya.


3 komentar: