Seperti halnya otot-otot kita mengalami
ketegangan karena melakukan jaan fisik maka kitapun dapat mengalami ketegangan
psikik, yang disebut "stress".Menurut Gauron (1984) stress seperti
halnya ketegangan otot tidak dapat dielakan dalam kehidupan manusia
sehari-hari. Kita tidak dapat menghindarkan ketegangan psikik atau stress,
beberapa ketegangan diperlukan dan beberapa ketegangan tidak diperlukan dalam
penampilan dan melakukan tugas. Menurut Gauron kurangnya ketegangan atau
"lack of tension" akan berakibat kita tidak dapat melakukan sesuatu
dengan baik. Untuk dapat melakukan gerakan-gerakan tertentu dibutuhkan adanya
ketegangan otot-otot, dimana ketegangan tersebut sangat diperlukan
kemanfaatannya.
Setiap atlet yang bertanding dalam suatu peristwa
olahraga merasakan adanya peningkatan ketegangan emosional untuk
mengap.tisipasi situasi pertandingan yang dihadapi. Singer (1986) mengemukakan
bahwa aktivitas penuh ketegangan tidak selalu jelek bagi seorang atlet.
Ditinjau dari macam reaksi mental dan emosional, Singer menunjukkan dues gejala
yang berhubungan dengan emosi, yaitu: tidak adanya kesiapan dan penuh kesiapan.
Tidak adanya kesiapan atau "under readiness" ada hubungan dengan
kurangnya motivasi, sedangkan "over readiness" atau penuh kesiapan
berhubungan dengan kesiapan untuk menang atau penampilan buruk, ketakutan akan
kalah, dsb-nya.
Stress atau ketegangan psikik bentulmya dapat beraneka macam. Menurut Gauron (1984) stress menunjukkan gejala tidak sama terhadap tantangan-tantangan Yang dihadapi, untuk dapat melakukan adaptasi. Menghadapi stress, badan manusia Mengadakan reaksi dengan cara-cara atau bentuk yang konsisten, ada pengerahan atau"arousal"system syarat otonom"tertentu.Jadi gejala stress menurut Gauron tersebut dapat lebih bervariasi dibanding "tension" atau ketegangan fisik yang dialami seseorang.
Stress atau ketegangan psikik bentulmya dapat beraneka macam. Menurut Gauron (1984) stress menunjukkan gejala tidak sama terhadap tantangan-tantangan Yang dihadapi, untuk dapat melakukan adaptasi. Menghadapi stress, badan manusia Mengadakan reaksi dengan cara-cara atau bentuk yang konsisten, ada pengerahan atau"arousal"system syarat otonom"tertentu.Jadi gejala stress menurut Gauron tersebut dapat lebih bervariasi dibanding "tension" atau ketegangan fisik yang dialami seseorang.
1). Stress dan Pertandingan
Menurut Scanlan (1984) dalam tulisannya yang
berjudul: "Competitive Stress and the Child Athlete" yang dimuat
dalam buku "Psychological Foundations of Sport" mengemukakan bahwa
"competitive stress" atau stress yang timbul dalam pertandingan
merupakan reaksi emosional yang negatif pada anak apabila rasa harga-dirinya
merasa terancam. Hal seperti ini terjadi apabila atlet yunior menganggap
pertandingan sebagai tantangan yang berat untuk dapat sukses, mengingat
kemampuan penampilannya, dan dalam keadaan seperti ini atlet lebih memikirkan
akibat dari kekalahannya.
Stress selalu akan terjadi pada diri individu apabila sesuatu yang diharapkan mendapat tantangan, sehingga kemungkinan tidak tercapainya harapan tersebut menghantui pemikirannya. Stress adalah suatu ketegangan emosional, yang akhir¬nya berpengaruh terhadap proses-proses psikologik maupun proses fisiologik.
Stress selalu akan terjadi pada diri individu apabila sesuatu yang diharapkan mendapat tantangan, sehingga kemungkinan tidak tercapainya harapan tersebut menghantui pemikirannya. Stress adalah suatu ketegangan emosional, yang akhir¬nya berpengaruh terhadap proses-proses psikologik maupun proses fisiologik.
Spielberger (1986) dalam tulisannya mengenai
"Stress and Anxiety in Sports" dalam kumpulan karya ilmiah yang
dihimpun oleh Morgan berjudul "Sport Psychology" (1986) menegaskan
bahwa stress menunjukkan "psychobiological process" yang kornpieks,
dan situasi seperti ini mengandung nilai
yang dapat merugikan, berbahaya, atau dapat menimbulkan frustrasi (stressor).
Mungkin sekali suatu situasi yang sama dapat
dirasakan sebagai ancaman bagi seorang atlet, tetapi hanya merupakan tantangan
bagi atlet lain, dan mungkin bahkan tidak berarti apa-apa bagi atlet lain. Jadi
dari pengalaman-pengalaman mengenai ancaman, ada hubungannya dengan keadaan mental
atlet yang bersangkutan.
Penilaian adanya ancaman yang dihadapi clan adanya penilaian bahaya yanq dihadapi (masa depan) memberi andil penting terhadap timbulnya reaksi emosional serta tindakan yang akan diambil individu menghindari ancaman atau bahaya dihadapinya.
Penilaian adanya ancaman yang dihadapi clan adanya penilaian bahaya yanq dihadapi (masa depan) memberi andil penting terhadap timbulnya reaksi emosional serta tindakan yang akan diambil individu menghindari ancaman atau bahaya dihadapinya.
2). Arousal" dan "Inverted U"
Arousal" adalah hal yang tidak dapat
dielakkan seperti timbulnya ketegangan fisik atau "tension" dan
stress. Yang dimaksudkan dengan "arousal" adalah gejala yang
menunjukkan adanya pengerahan peningkatan aktifitas psikis. Teriadinya gejala
"arousal" biasanya berjalan sejajar dengan terjadinya peningkatan
penampilan atlet; dengan kata lain ada korelasi positif antara
"arousal" dengan penampilan atlet.
Menurut Cox (1985) "arousal" adalah
suatu istilah netral yang menunjukkan peningkatan aktivitas sistem syaraf
simpatetis. Ini menunjukkan intensitas peningkatan giologis, dan tidak dapat
digunakan untuk menunjukkan keadaan emosional tertentu. Misalnya, baik orang
dalam keadaan senang maupun dalam keadaan takut, ke duanya dapat menyebabkan
"arousal" fisiologis; meskipun rasa takut adalah gejala, afek yang
bersifat negatif, sedangkan senang atau gembira adalah gejala afek yang
bersifat positif.
Mengenai hubungan antara "arousal" dan penampilan atlet yang digambarkan sebagai garis lurus (garis linear), seolah-olah ada korelasi positif antara "arousal" dengan peningkatan penampilan secara terus-menerus, mendapat tantangan antara lain dengan munculnya teori "Inverted U" atau teori U terbalik. Menurut teori "Inverted U" baik arousal" tingkat rendah maupun tingkat tinggi tidak akan menghasiikan penampilan yang setinggi-tingginya ("peak performance'). Tingkat "arousal" moderat (sedang) pads umumnya memberi kemungkinan lebih besar untuk pencapaian puncak penampilan atau "peak performance".
Mengenai hubungan antara "arousal" dan penampilan atlet yang digambarkan sebagai garis lurus (garis linear), seolah-olah ada korelasi positif antara "arousal" dengan peningkatan penampilan secara terus-menerus, mendapat tantangan antara lain dengan munculnya teori "Inverted U" atau teori U terbalik. Menurut teori "Inverted U" baik arousal" tingkat rendah maupun tingkat tinggi tidak akan menghasiikan penampilan yang setinggi-tingginya ("peak performance'). Tingkat "arousal" moderat (sedang) pads umumnya memberi kemungkinan lebih besar untuk pencapaian puncak penampilan atau "peak performance".
Richard H. Cox (1985)
mengemukakan adanya dua teori dasar mengenai hubungan "arousal" dan
penampilan; yang pertama adalah teori "Inverted U", dan yang ke dua
adalah teori drive. Teori "drive" adalah teori multidimensional
mengenai keterampilan dan proses belajar, sedangkan teori "Invel–ted
U" meliputi berbagai sub- teori yang menjelaskan mengapa saling hubungan
antara "arousal" dan penampilan ,untuk kurve persamaan kuadrat. Teori
"drive" membentuk gars hubungan linear.
Dewasa ini para ahli cenderung lebih setuju dengan teori "Inverted U" diban ding teori "Drive" yang digambarkan dengan garis linear. Hubungan secara positif yang menunjukkan adanya korelasi positif, yaitu peningkatan "arousal' akan selalu diikuti peningkatan penampilan; sudah dapat dibayangkan bahwa pada suatu waktu tentu ada batasnya di mans garis hubungan korelasi positif akan berhenti
Dewasa ini para ahli cenderung lebih setuju dengan teori "Inverted U" diban ding teori "Drive" yang digambarkan dengan garis linear. Hubungan secara positif yang menunjukkan adanya korelasi positif, yaitu peningkatan "arousal' akan selalu diikuti peningkatan penampilan; sudah dapat dibayangkan bahwa pada suatu waktu tentu ada batasnya di mans garis hubungan korelasi positif akan berhenti
Agen Judi Online
BalasHapusDaftar Agen Bola Online
Agen Bola Terbaik
Agen Judi Bola
Agen Judi Kasino
Zidane Menyiapkan Diri untuk Tinggalkan Real Madrid.
Zidane: La Liga Lebih Sulit dari Liga Champions.
Belum Semusim, Danilo Sudah Rindukan Real Madrid.
Puluhan Kuda Nil Keroyok Seekor Buaya di Taman Nasional Serengeti.
Kalau Ronaldo Bisa Enam Bahasa dan Mkhitaryan Tujuh, bagaimana Messi?