Kamis, 04 Oktober 2012

Stres Dalam Olahraga (Gejala emosional)

Share this history on :

Seperti halnya otot-otot kita mengalami ketegangan karena melakukan jaan fisik maka kitapun dapat mengalami ketegangan psikik, yang disebut "stress".Menurut Gauron (1984) stress seperti halnya ketegangan otot tidak dapat dielakan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Kita tidak dapat menghindarkan ketegangan psikik atau stress, beberapa ketegangan diperlukan dan beberapa ketegangan tidak diperlukan dalam penampilan dan melakukan tugas. Menurut Gauron kurangnya ketegangan atau "lack of tension" akan berakibat kita tidak dapat melakukan sesuatu dengan baik. Untuk dapat melakukan gerakan-gerakan tertentu dibutuhkan adanya ketegangan otot-otot, dimana ketegangan tersebut sangat diperlukan kemanfaatannya.
Setiap atlet yang bertanding dalam suatu peristwa olahraga merasakan adanya peningkatan ketegangan emosional untuk mengap.tisipasi situasi pertandingan yang dihadapi. Singer (1986) mengemukakan bahwa aktivitas penuh ketegangan tidak selalu jelek bagi seorang atlet. Ditinjau dari macam reaksi mental dan emosional, Singer menunjukkan dues gejala yang berhubungan dengan emosi, yaitu: tidak adanya kesiapan dan penuh kesiapan. Tidak adanya kesiapan atau "under readiness" ada hubungan dengan kurangnya motivasi, sedangkan "over readiness" atau penuh kesiapan berhubungan dengan kesiapan untuk menang atau penampilan buruk, ketakutan akan kalah, dsb-nya.
Stress atau ketegangan psikik bentulmya dapat beraneka macam. Menurut Gauron (1984) stress menunjukkan gejala tidak sama terhadap tantangan-tantangan Yang dihadapi, untuk dapat melakukan adaptasi. Menghadapi stress, badan manusia Mengadakan reaksi dengan cara-cara atau bentuk yang konsisten, ada pengerahan atau"arousal"system syarat otonom"tertentu.Jadi gejala stress menurut Gauron tersebut dapat lebih bervariasi dibanding "tension" atau ketegangan fisik yang dialami seseorang.

1).  Stress dan Pertandingan
Menurut Scanlan (1984) dalam tulisannya yang berjudul: "Competitive Stress and the Child Athlete" yang dimuat dalam buku "Psychological Foundations of Sport" mengemukakan bahwa "competitive stress" atau stress yang timbul dalam pertandingan merupakan reaksi emosional yang negatif pada anak apabila rasa harga-dirinya merasa terancam. Hal seperti ini terjadi apabila atlet yunior menganggap pertandingan sebagai tantangan yang berat untuk dapat sukses, mengingat kemampuan penampilannya, dan dalam keadaan seperti ini atlet lebih memikirkan akibat dari kekalahannya.
Stress selalu akan terjadi pada diri individu apabila sesuatu yang diharapkan mendapat tantangan, sehingga kemungkinan tidak tercapainya harapan tersebut menghantui pemikirannya. Stress adalah suatu ketegangan emosional, yang akhir¬nya berpengaruh terhadap proses-proses psikologik maupun proses fisiologik.
Spielberger (1986) dalam tulisannya mengenai "Stress and Anxiety in Sports" dalam kumpulan karya ilmiah yang dihimpun oleh Morgan berjudul "Sport Psychology" (1986) menegaskan bahwa stress menunjukkan "psychobiological process" yang kornpieks, dan situasi seperti ini  mengandung nilai yang dapat merugikan, berbahaya, atau dapat menimbulkan frustrasi (stressor).
Mungkin sekali suatu situasi yang sama dapat dirasakan sebagai ancaman bagi seorang atlet, tetapi hanya merupakan tantangan bagi atlet lain, dan mungkin bahkan tidak berarti apa-apa bagi atlet lain. Jadi dari pengalaman-pengalaman mengenai ancaman, ada hubungannya dengan keadaan mental atlet yang bersangkutan.
Penilaian adanya ancaman yang dihadapi clan adanya penilaian bahaya yanq dihadapi (masa depan) memberi andil penting terhadap timbulnya reaksi emosional serta tindakan yang akan diambil individu menghindari ancaman atau bahaya dihadapinya.

2). Arousal" dan "Inverted U"
Arousal" adalah hal yang tidak dapat dielakkan seperti timbulnya ketegangan fisik atau "tension" dan stress. Yang dimaksudkan dengan "arousal" adalah gejala yang menunjukkan adanya pengerahan peningkatan aktifitas psikis. Teriadinya gejala "arousal" biasanya berjalan sejajar dengan terjadinya peningkatan penampilan atlet; dengan kata lain ada korelasi positif antara "arousal" dengan penampilan atlet.
Menurut Cox (1985) "arousal" adalah suatu istilah netral yang menunjukkan peningkatan aktivitas sistem syaraf simpatetis. Ini menunjukkan intensitas peningkatan giologis, dan tidak dapat digunakan untuk menunjukkan keadaan emosional tertentu. Misalnya, baik orang dalam keadaan senang maupun dalam keadaan takut, ke duanya dapat menyebabkan "arousal" fisiologis; meskipun rasa takut adalah gejala, afek yang bersifat negatif, sedangkan senang atau gembira adalah gejala afek yang bersifat positif.
Mengenai hubungan antara "arousal" dan penampilan atlet yang digambarkan sebagai garis lurus (garis linear), seolah-olah ada korelasi positif antara "arousal" dengan peningkatan penampilan secara terus-menerus, mendapat tantangan antara lain dengan munculnya teori "Inverted U" atau teori U terbalik. Menurut teori "Inverted U" baik arousal" tingkat rendah maupun tingkat tinggi tidak akan menghasiikan penampilan yang setinggi-tingginya ("peak performance'). Tingkat "arousal" moderat (sedang) pads umumnya memberi kemungkinan lebih besar untuk pencapaian puncak penampilan atau "peak performance".

Richard H. Cox (1985) mengemukakan adanya dua teori dasar mengenai hubungan "arousal" dan penampilan; yang pertama adalah teori "Inverted U", dan yang ke dua adalah teori drive. Teori "drive" adalah teori multidimensional mengenai keterampilan dan proses belajar, sedangkan teori "Invel–ted U" meliputi berbagai sub- teori yang menjelaskan mengapa saling hubungan antara "arousal" dan penampilan ,untuk kurve persamaan kuadrat. Teori "drive" membentuk gars hubungan linear.
Dewasa ini para ahli cenderung lebih setuju dengan teori "Inverted U" diban ding teori "Drive" yang digambarkan dengan garis linear. Hubungan secara positif yang menunjukkan adanya korelasi positif, yaitu peningkatan "arousal' akan selalu diikuti peningkatan penampilan; sudah dapat dibayangkan bahwa pada suatu waktu tentu ada batasnya di mans garis hubungan korelasi positif akan berhenti

1 komentar: