Follow my twitter : https://twitter.com/SepriPutraA
Sudah menjadi rahasia umum jika apa yang dimakan oleh seseorang
menunjukkan siapa orang itu sebenarnya. Namun ternyata menurut sebuah
studi terbaru, apa yang mereka makan juga mempengaruhi pola tidur yang
bersangkutan. Bagaimana bisa?
"Secara umum kita tahu bahwa
orang-orang yang tidur selama 7-8 jam setiap malamnya memiliki kondisi
kesehatan dan kesejahteraan yang lebih baik, lalu kami terdorong untuk
bertanya, 'Apakah ada perbedaan pola makan antara mereka yang jam
tidurnya lebih pendek, lebih panjang atau pola tidurnya standar?'" tukas
peneliti Michael A. Grandner, Ph.D., dari Center for Sleep and
Circadian Neurobiology, Perelman School of Medicine, University of
Pennsylvania, AS.
Kesimpulan itu diperoleh setelah peneliti
mengamati jumlah kalori dari makanan yang dikonsumsi setiap hari oleh
partisipan National Health and Nutrition Examination Survey antara tahun
2007-2009.
Selain itu, peneliti juga mengumpulkan informasi
tentang jumlah waktu tidur partisipan. Dari situ peneliti dapat
mengkategorikan partisipan menjadi 4 kelompok: partisipan yang jam
tidurnya 'sangat pendek' (kurang dari 5 jam semalam), 'pendek' (5-6 jam
semalam), 'standar' atau normal (7-8 jam semalam) dan 'panjang' (9 jam
ke atas dalam semalam).
Hasilnya, peneliti menemukan kaitan
antara jumlah kalori yang dikonsumsi partisipan dengan seberapa lama
waktu tidurnya. Partisipan yang paling banyak mengonsumsi kalori lebih
cenderung memiliki jam tidur yang 'pendek'.
Namun uniknya,
partisipan yang diketahui banyak mengonsumsi kalori berikutnya adalah
partisipan yang jam tidurnya 'normal', baru kemudian partisipan dengan
jam tidur 'sangat pendek' dan 'panjang'.
Tak hanya itu, peneliti
juga mengidentifikasi kaitan antara waktu tidur dan tipe nutrisi yang
mereka makan. Misalnya, partisipan dengan jam tidur 'sangat pendek'
diketahui paling jarang minum air putih, serta konsumsi makanan
berkarbohidrat dan zat yang dikandung dalam makanan berwarna merah dan
jingga paling sedikit daripada partisipan lain.
Sedangkan
partisipan dengan jam tidur 'panjang' dilaporkan kekurangan konsumsi zat
yang ditemukan dalam teh dan cokelat, begitu pula dengan kolin (dari
telur dan beberapa jenis daging) dibanding partisipan lainnya, tapi
paling banyak minum alkohol.
Hal itu berarti secara keseluruhan
partisipan yang jam tidurnya 'sangat pendek', 'pendek' dan 'panjang'
mengonsumsi pola makan yang tidak sevariatif partisipan dengan jam tidur
'normal'. Namun peneliti mengaku tak tahu apakah mengubah kebiasaan
atau pola makan dapat mempengaruhi pola tidur partisipan.
"Pertanyaan
tersebut mendorong perlunya dilakukan studi lanjutan karena sepanjang
yang kami tahu durasi tidur yang pendek erat kaitannya dengan penambahan
berat badan dan obesitas, diabetes serta penyakit kardiovaskular," ujar
Grandner seperti dikutip dari Huffingtonpost, Senin (11/2/2013).
"Di
sisi lain kami juga tahu bahwa tidur terlalu lama pun bisa memunculkan
konsekuensi kesehatan yang negatif. Tapi jika kami dapat menemukan
kombinasi nutrisi dan kalori yang ideal untuk mendorong kualitas tidur
yang sehat maka hal ini dapat berpotensi besar untuk mengurangi angka
obesitas dan faktor risiko kardiometabolik lainnya," tutupnya.
source : detik(dot)com
Agen Judi Online
BalasHapusDaftar Agen Bola Online
Agen Bola Terbaik
Agen Judi Bola
Agen Judi Kasino
Berita Bola
Berita Ac Milan
Berita Bola Terupdate
Berita Terkini
Berita Terupdate
Agen Judi Online
BalasHapusDaftar Agen Bola Online
Agen Bola Terbaik
Agen Judi Bola
Agen Judi Kasino
Agen Tegaskan Benzema Bahagia di Madrid.
Curi Angka di Madrid, Tottenham Bersemangat Jelang Liverpool.
Hierro: Sukses Ronaldo di 'Era Messi' Sungguh Luar Biasa.
Real Madrid Menanti Egy Maulana Vikri.
"Pak Gubernur, Jangan Sampai Pasukan Oranye Dikurangi, Nanti Jakarta Parah Lagi"