Sri Rahayu Basuki atau lebih dikenal dengan nama Yayuk Basuki (lahir di Yogyakarta, 30 November 1970) adalah pemain tenis dari Indonesia dan dunia yang terkenal pada era tahun 1990-an.
Ia memulai karier profesional pada tahun 1990.
Pada tahun berikutnya, ia menjadi petenis Indonesia pertama yang
menjuarai turnamen profesional. Sepanjang kariernya, Yayuk berhasil
memperoleh enam gelar tunggal Tur WTA dan sembilan gelar dari ganda. Prestasi terbaiknya dalam turnamen Grand Slam adalah mencapai babak perempat final Wimbledon pada tahun 1997. Ia pensiun dari karier profesional pada tahun 2004.
Peringkat tertinggi yang pernah dicapainya adalah posisi ke-19 untuk
bagian tunggal dan ke-9 untuk bagian ganda. Jumlah uang yang
diperolehinya selama karier adalah US$1.645.049.
Tinggi : 164 cm
Berat : 56 kg
Menikah : 31 Januari 1994
Suami : Suharyadi
Pencapaian :
- Perolehan hadiah sepanjang karir = US $ 1.645.049
- Rekor Karier Tunggal
Menang-kalah: 238-171
Peringkat tertinggi 19 (6 Oktober 1997) - Rekor Karier Ganda
Menang-kalah 308-165
Peringkat tertinggi 9 (6 Juli 1998)
(Data per 26 Januari 2007)
Prestasi :
Tunggal Putri
- Medali emas Asian Games Bangkok, 1998
- Medali perunggu Asian Games Hiroshima, 1994
- Total gelar tunggal: 11 gelar (6 Corel WTA Tour, 5 ITF Women’s Circuit)
- 1994 - Beijing, Jakarta (WTA Tour)
- 1993 - Pattaya City, Jakarta (WTA Tour)
- 1992 - Kuala Lumpur (WTA Tour)
- 1991 - Pattaya City (WTA Tour), Futures/Jakarta
- 1990 – Futures/Jakarta (Januari), Futures/Jakarta (Agustus)
- 1989 – Futures/Bangkok, Futures/Jakarta
- 1987 – finalis Birmingham
- 1986 – finalis Jakarta
Ganda Putri
- Medali emas Asian Games Seoul, 1986
- Medali emas Asian Games Beijing, 1990
- Total gelar ganda: 9 gelar (9 Corel WTA Tour)
- Babak semifinal US Open 1993
- Babak perempat final Australia Open, French Open, Wimbledon Open
- 2001 – Dubai (berpasangan dengan Caroline Vis);
- 2000 – Pattaya City (berpasangan dengan Caroline Vis);
- 1997 – Los Angeles (berpasangan dengan Caroline Vis);
- 1997 – Canadian Open (berpasangan dengan Caroline Vis);
- 1996 – Hobart (berpasangan dengan Nagatsuka), Strasbourg (berpasangan dengan Bradtke);
- 1994 – Surabaya (berpasangan dengan Tedjakusuma);
- 1993 – Sapporo (berpasangan dengan Miyagi), Taipei (berpasangan dengan Miyagi).
- Finalis (8):
1998 – Strasbourg (berpasangan dengan Caroline Vis), 1998 – Canadian Open (berpasangan dengan Caroline Vis), 1997 – Leipzig (berpasangan dengan Sukova), Moscow (berpasangan dengan Caroline Vis), 1994 – Japan Open (berpasangan dengan Miyagi), Pattaya City (berpasangan dengan Miyagi), 1992 – Tokyo [Nichirei] (berpasangan dengan Miyagi), 1991 – Nashville (berpasangan dengan Caroline Vis).
Ganda Campuran
- Medali emas Asian Games Beijing, 1990
- 1997 – perempat final Wimbledon (/Nijssen)
- 1995 – perempat final Roland Garros (/Thorne)
Penghargaan :
- WTA Sportsmanship Award, 1996 and 1998
- TENNIS Magazine/Rolex Female Rookie of the Year, 1991
- Indonesian Athlete of the Year (voted on by media and public), 1991
- Atlet terbaik versi SIWO PWI Jaya, 1995
- Nominated for 1991 WTA Tour Most Impressive Newcomer Award
- Special award from President Soeharto of Indonesia in 1991 for outstanding contribution to sports.
Yayuk Basuki, petenis terbaik yang pernah dimiliki oleh Indonesia ini
menorehkan tinta emasnya di dunia tenis internasional. Sepanjang
kariernya, Yayuk pernah mencatat kemenangan melawan petenis-petenis
terbaik dunia. Sebut saja, Martina Hingis, Amelie Mauresmo, Lindsay
Davenport, Gabriela Sabatini, Anke Huber, Iva Majoli, Anna Kournikova,
dan Mary Pierce. Kemenangan terbaiknya adalah pada saat berhasil
mengalahkan Iva Majoli yang merupakan juara French Open pada saat itu.
Yayuk mewakili Indonesia pada Olimpiade 1988, 1992, 1996, dan 2000.
Prestasi tertingginya di olimpiade adalah di Barcelona 1992 saat ia
berhasil mencapai babak ketiga mengalahkan Mercedes Paz dan Mary Pierce.
Yayuk kecil sejak berusia lima tahun sudah bertekad ingin menjadi
petenis tingkat dunia. Budi Basuki, ayahnya, terakhir menjadi anggota
polisi di Purwokerto, Jawa Tengah dan ibunya, Sutini, memperkenalkan
Yayuk pada tenis sekaligus melatihnya. Umur 13 tahun, Yayuk, anak kelima
dari lima bersaudara ini bernaung di sebuah klub tenis di Ragunan,
Jakarta, hingga tahun 1989. Ia kemudian ditangani beberapa pelatih
secara bergantian, tapi yang paling besar jasanya baginya adalah Mien
Gondowidjojo yang dianggapnya bukan sekadar pelatih tapi juga seperti
orangtuanya sendiri. Tahun berikutnya, Yayuk masuk klub Pelita.
Yayuk mulai menekuni tenis profesional sejak kembali dari Beijing
pada Oktober 1990 dan dilatih oleh George Jiri Waters. Pada turnamen
Challenge II di Jakarta pada Februari 1991, Yayuk dengan peringkat 259
WTA menjadi juara. Pada awal April 1991, saat menjuarai turnamen Pattaya
di Thailand, peringkatnya naik ke posisi 86 WTA. Pers dan penonton di
luar negeri kemudian menjuluki Yayuk sebagai Jaguar of Asia setelah ia
memenangkan turnamen tenis di Pattaya ini.
Aral melintang pernah merintangi karir Yayuk. Ia pernah merasakan
dicoret dari tim Fed Cup Indonesia karena bersama Suharyadi, suami
sekaligus pelatihnya dianggap lancang menulis surat ke badan dunia tenis
wanita agar memilih lapangan tempat tim Indonesia bertanding. Yayuk dan
Suharyadi akhirnya ‘keluar’ dari tim Indonesia setelah mundurnya Ketua
Badan Tim Nasional, Wimar Witoelar yang dikenal dekat dengan pasangan
ini.
Yayuk akhirnya mengambil keputusan tegas untuk mengejar target
menembus 20 besar dunia. Jadwal ketat pertandingan dunia itu
bersinggungan dengan jadwal SEA Games dan PON, kedua event itu terpaksa
ia lewatkan. Langkahnya tidak main-main. Ia mendirikan YBM (Yayuk Basuki
Management), organisasi yang kemudian mengelola semua kebutuhan
bertanding Yayuk. Ia bekerjasama dengan Wimar Witoelar. Kemudian YBM
dikelola oleh Robert Manurung, yang mengurusi segala kegiatan promosi,
keuangan, dan program latihan Yayuk. Ia juga berharap sistem ini bisa
dicontoh oleh atlet-atlet Indonesia lain jika memang ingin aktif ke
ajang tenis profesional.
Ketika Yayuk masuk delapan besar Wimbledon, ia mencatatkan dirinya
sebagai wanita Indonesia pertama yang masuk “Eight Club”, lembaga yang
menampung para alumni delapan besar turnamen akbar itu. Dengan menjadi
anggota “Klub Delapan” ini , Yayuk bisa menikmati fasilitas VIP,
termasuk hotel kelas satu di mana saja.
Desas-desus kemundurannya dari dunia tenis sebenarnya sudah terdengar
saat Yayuk menjuarai Asian Games di Bangkok, 1998. Pada tahun 1999,
saat mengandung anaknya, ia benar-benar mengundurkan diri dari tenis
profesional. Setelah melahirkan, PB Pelti menginginkan agar ia aktif
kembali.
Yayuk memang terlahir sebagai keluarga pencinta tenis. Ayahnya, Budi
Basuki, mantan pemain tenis meja PON, 1954. Bukan hanya tenis meja,
tenis lapangan pun dikuasainya selain bulutangkis. Sang ibu juga hobi
dengan bulutangkis dan tenis. Saking hobinya berolahraga, sampai-sampai
Sutini tidak sadar bahwa ia sedang mengandungi bayinya, Yayuk Basuki.
Kakaknya Nani Sudarmi adalah petenis tingkat nasional era 1980-an.
Kenangan terakhir Yayuk dalam meraih peringkat tertingginya yaitu
saat mengikuti Turnamen Birmingham, Juni 1997. Di turnamen ini Yayuk
berhasil menembus babak final, meski gagal meraih juara lantaran
terjegal Nathalie Tauziat dari Perancis. Terakhir, Yayuk sempat masuk
perempat final dalam pentas Wimbledon sebelum kalah dari Jana Navotna
yang keluar sebagai juara, prestasi ini membuatnya mencapai peringkat
ke- 19.
Yayuk menikah dengan Suharyadi tanggal 31 Januari 1994 di
Yogyakarta.,setelah pensiun mereka mendirikan PT Yarynara 19, yang
merupakan nama anaknya dan angka 19 merupakan peringkat tertinggi yang
pernah di capai, perusahaan ini bergerak di bidang advertising, event
organizer olahraga. Selain itu Yayuk juga menjadi pelatih tenis,
komentator tenis di televisi dan media cetak, serta konsultan menteri
pemuda dan olahraga.
Yayuk pensiun dari dunia profesional pada tahun 2004, namun pada
Maret 2008 ia kembali bermain di ajang ITF Tour pada cabang ganda putri
dan sampai sekarang telah memenangkan enam gelar ITF. Ia menjadi juara
di Bangkok pada Juni 2008 berpasangan dengan Tiffany Welford.
Dilanjutkan pada Agustus 2008 ia berpasangan dengan Romana Tedjakusuma
di Hechingen, Jerman. Bulan Oktober, Yayuk kembali berpasangan dengan
Romana menjadi juara di Augusta, Amerika Serikat. Tahun 2009 Yayuk
menjadi juara di Balikpapan dilanjutkan di Goyang dan Gimhae, Korea
Selatan, kembali bersama Romana. Pada Australia Open 2010 lalu, Yayuk
ikut berpartisipasi berpasangan dengan Kimiko Date. Bahkan beberapa hari
lalu, Yayuk yang hampir berusia 40 tahun mampu menembus babak perempat
final ajang Taipei Open berpasangan dengan Jessy Rompies. Di bulan
November ini juga Yayuk berpasangan dgn Jessy akan membela Indonesia di
ajang Asian Games XVI Guangzhou China.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar